TUGAS
MEDIA PEMBELAJARAN
DOSEN
PENGASUH :
Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd
Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd
Oleh :
AISAHARDIANTI,
S.Pd
NIM:
1104031
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA ( S.2 )
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan Tugas Semester “ Merancang Media Pembelajaran “.
Analisis ini dibuat untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam Mata Kuliah MEDIA
PEMBELAJARAN. Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan
Teknologi Pendidikan (TP) Universitas Negeri Padang.
Analisis ini dapat diselesaikan berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Jasrial, M.Pd,
Ketua Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan.
2.
Ibu Dr.
INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd Dosen pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran.
3.
Rekan- rekan Mahasiswa Program Pasca Sarjana
(S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP)
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kehadirat Allah SWT jualah tempat penulis memohon, semoga segala
bantuan yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat balasan yang berlipat ganda
dariNya.. Amin Ya Rabbal Alamin.
|
BAB
I
TEORI
PEMBELAJARAN DAN MEDIA
A.
TEORI
– TEORI BELAJAR
Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati
(Snelbecker, 1974 dalam Dahar, 1988: 5). Proposisi yang terintegrasi secara
sintaktik, artinya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu
yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi
lainnya dan juga pada data yang diamati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
proposisi berarti rancangan usulan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002:
899). Dengan demikian proposisi dalam kaitannya dengan teori, berarti rancangan
gagasan untuk memprediksi dan mejelaskan fenomena-fenomena. Salah satu fenomena
itu adalah belajar dan pembelajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Belajar dapat
diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses belajar, meskipun
pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan perilaku (De Cecco &
Crawford, 1977 dalam Ali, 2000: 14). Perubahan perilaku tersebut mencakup
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang dapat maupun
tidak dapat diamati . Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan
(behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat diamati disebut
kecendrungan perilaku (behavioral tendency). Penampilan yang dimaksud dapat
berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan, dan melakukan sesuatu perbuatan.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara perilaku hasil belajar dengan yang
terjadi secara kebetulan. Seseorang yang secara kebetulan dapat melakukan
sesuatu, tidak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan
seseorang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukkannya
secara berulang-ulang dengan hasil yang sama. Gagne (1977) seperti yang dikutip
Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang
bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi
rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang
bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya
diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).
Proses
belajar dalam konteks pendidikan formal, merupakan proses yang dialami secara
langsung dan aktif oleh pebelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan atau disajikan di sekolah, baik yang terjadi di
kelas maupun di luar kelas (Soedijarto, 1993: 94). Proses belajar yang
berkulitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu
direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif pebelajar dalam membangun makna
atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada pebelajar dalam membangun
gagasan (Depdiknas, 2002). Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan
yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk belajar
sepanjang hayat. Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih
bermakna dibandingkan dengan satu indera saja. (Dryden, G. dan Jeannette V.,
2002: 195). Hal ini akan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah
dengan cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.
Proses
belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks, dimana melibatkan setiap kata,
pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Lozanov (1978), mengatakan bahwa sampai
sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan
pengajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar mengajar itu berlangsung
(DePorter, B., 2002: 3). Ini berarti, dalam pembelajaran diharapkan dapat
mengarahkan perhatian pebelajar ke dalam nuansa proses belajar seumur hidup dan
tak terlupakan. Hal ini, sesuai dengan empat pilar pendidikan seumur hidup,
seperti yang ditetapkan UNESCO, yaitu 1) to learn to know (belajar untuk
berpengetahuan), 2) to learn to do (belajar untuk berbuat), 3) to learn to live
together (belajar untuk dapat hidup bersama), dan 4) to learn to be (belajar
untuk jati diri) (Sadia, 2006). Untuk itu diperlukan membangun ikatan emosianal
dengan pebelajar, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin
hubungan, dan menyingkirkan ancaman. Hal ini merupakan faktor yang perlu
diperhatikan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik. Studi-studi
menunjukkan bahwa pebelajar lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan,
menantang, dan ramah. Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta
dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran (Walberg, 1997
dalam DePorter, B., 2002: 23). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih
mendalam terhadap fenomena belajar dan pembelajaran, sehingga dalam
implementasinya dapat lebih efektif dan efesien.
Ada
perbedaan yang prinsip antara teori belajar dengan teori pembelajaran. Teori
belajar adalah deskriptif, karena tujuan utamanya memeriksa proses belajar.
Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utamanya
menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Bruner dalam Degeng, 1989 dalam
Budiningsih, 2005: 11). Teori belajar lebih fokus kepada bagaimana peserta didik
belajar, sehingga berhubungan dengan variabel-variabel yang menentukan hasil
belajar. Dalam teori belajar, kondisi dan metode pembelajaran merupakan
variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Dengan
demikian, dalam pengembangan teori belajar, variabel yang diamati adalah hasil
belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi. Hubungan antara
variabel-variebel pembelajaran pada teori belajar, disajikan pada diagram
berikut:
Kondisi → Pembelajaran → Metode → Pembelajaran → Hasil → Pembelajaran
Dalam
pengembangan teori belajar, hasil yang diamati adalah hasil pembelajaran nyata
(actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, yaitu hasil pembelajaran yang
mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang
dinginkan. Oleh karena teori belajar adalah deskriptif, maka menggunakan
struktur logis “Jika …., maka
…..” (Landa dalam Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005: 13). Sebagai contoh,
”Jika materi pelajaran (ini suatu kondisi) diorganisasi dengan menggunakan
model elaborasi (ini suatu metode) maka perolehan belajar dan retensi (ini
suatu hasil) akan meningkat”. Dalam proposisi teori belajar tersebut,
model pengorganisasian pembelajaran (model elaborasi) ditetapkan sebagai
perlakuan, di bawah kondisi karakteristik isi pelajaran, untuk memerikan
perubahan unjuk kerja (actual outcomes), berupa peningkatan perolehan belajar
dan retensi. Dengan demikian teori belajar menyatakan bahwa, apa yang terjadi
secara psikologis bila suatu tindakan belajar dilakukan oleh seseorang.
Pada teori
pembelajaran, fokus diarahkan kepada bagaimana seseorang mempengaruhi orang
lain agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu teori pembelajaran
berhubungan dengan upaya mengontrol variable-variabel yang dispesifikasi dalam
teori belajar agar dapat mudah belajar. Dalam hal ini, kondisi dan hasil
pembelajaran ditempatkan sebagai givens, dan metode yang optimal ditetapkan
sebagai variabel yang diamati. Jadi, kondisi dan hasil pembelajaran sebagai
variabel bebas, sedangkan metode pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Teori
pembelajaran adalah goal oriented, artinya, teori pembelajaran dimaksudkan
untuk mencapai tujuan (Reigeluth, 1983; Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005:
12). Oleh karena itu, variabel yang diamati dalam teori pembelajaran adalah metode
yang optimal untuk mencapai tujuan. Hubungan antara variable-variabel tersebut,
disajikan pada bagan berikut:
Kondisi →
Pembelajaran
→ Hasil → Pembelajaran → Metode → Pembelajaran
Hasil
pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori pembelajaran adalah hasil
pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan lebih
dulu. Dengan demikian teori pembelajaran berisi seperangkap preskriptif guna
mengoptimalkan hasil pembelajaran yang diinginkan di bawah kondisi tertentu. Adapun
proposisi yang digunakan dalam teori pembelajaran adalah “Agar …., lakukan ini”
(Landa dalam Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005:13). Sebagai contoh, “Agar
perolehan belajar dan retensi (suatu hasil) meningkat, organisasilah materi
pelajaran (suatu kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (suatu metode).
Dalam proposisi teori pembelajaran, peningkatan perolehan belajar dan retensi
ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang diinginkan, dan model elaborasi yang
merupakan salah satu model untuk mengorganisasi materi pelajaran, dijadikan
metode yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam
teori pembelajaran harus terdapat variabel metode pembelajaran. Oleh karena itu
teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan
proses psikologis dalam diri peserta didik. Jadi, dalam teori pembelajaran,
terdapat preskripsi tindakan belajar yang harus dilakukan agar proses
psikologis dapat terjadi.
Teori belajar dikelompokkan menjadi
dua kelompok besar, yaitu :
1.
Teori sebelum abad ke-20.
Yang termasuk teori belajar sebelum abad ke-20, yaitu teori disiplin
mental, teori pengembangan alamiah, dan teori apersepsi. Teori belajar sebelum
abad ke-20 dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa
dilandasi eksperimen.
2.
Teori belajar abad ke-20.
Di bagi
menjadi dua macam, yaitu :
a)
Teori belajar perilaku
(behavioristik).
Teori belajar perilaku (behavioristik) adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah
laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Kelemahan
dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik :
Ø Kelemahan
Teori Behavioristik :
1)
Teori ini tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks sebab banyak variabel atau hala-hal yang
berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respon.
2)
Teori ini tidak mampu menjelaskan
alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan
tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara
stimulus yang diberikan dengan responnya.
Ø Kelebihan
Teori Behavioristik :
Teori ini
cenderung mengarah siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan
tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu,
sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
b)
Teori belajar Gestalt-field,
berlandaskan kepada segi kognitif (Ali, 2000: 20).
Beberapa teori belajar perilaku (behavioristik), diantaranya Teori
Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov dan didukung oleh John B Watson, Teori
Law Of Effect oleh Edward Lee Thorndike dengan pendukungnya Clark Hull, serta
Teori Operant Conditioning oleh Skiner (Dahar, 1989: 39). Sedangkan teori
belajar Gestalt-field (teori belajar kognitif), meliputi teori belajar bermakna
oleh Ausubel, teori belajar pemahaman konsep oleh Jerome Bruner, teori
Webteaching oleh Norman, teori Hirarki belajar oleh Gagne, dan teori
perkembangan oleh Piaget.
Teori Piaget biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan kognitif. Teori belajar Piaget berkenaan dengan kesiapan
anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari
lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Hal
ini menyebabkan teori Piaget sangat berkaitan dengan teori belajar
konstruktivistik (Ruseffendi, 1988 dalam Hamzah, 2001). Pernyataan ini didukung
oleh Sadia (2006), yang mengemukakan bahwa pandangan konstruktivisme berakar
pada teori struktur genetik Piaget. Berdasarkan teori perkembangan kognitif
yang dikembangkannya, Piaget juga dikenal sebagai konstruktivis pertama.
B.
TEORI
MEDIA
Media
pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan
menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah
sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.
Posisi media pembelajaran. Oleh
karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung
dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup
penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,
komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media
pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
Dari
pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,
perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada diri peserta didik.
Menurut
Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan
media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut
Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat
oleh guru dan “audio-visual”.
Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :
- Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
- Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
- Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
- Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media
pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3)
karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan
media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor
tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan
hasil yang maksimal.
Tujuan menggunakan media pembelajaran :
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
Ø mempermudah proses belajar-mengajar
Ø meningkatkan
efisiensi belajar-mengajar
Ø menjaga relevansi dengan tujuan belajar
Ø membantu
konsentrasi mahasiswa
Ø Menurut
Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Ø Menurut
Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
Ø Menurut
Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
Ø Menurut Y.
Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa
Tidak diragukan lagi bahwa semua
media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada
guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan
sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang
terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat
mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan
karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.
BAB II
MODEL ASSURE
Model
ASSURE Menggabungkan semua kegiatan instruksional. Model ASSURE merupakan
langkah merencanakan pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas secara sistematis
dengan memadukan penggunaan terknologi dan media. Model ASSURE menggunakan
tahap demi tahap untuk membuat perancangan pembelajaran yang dapat dilihat dari
nama model tersebut, yaitu ASSURE. Model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1. Analyze
Learners ( Menganalisis pembelajar ),
Langkah pertama dalam
merencanakan mata pelajaran adalah mengidentifikasi dan menganalisis
karakteristik pemelajar yang disesuaikan dengan hasil-hasil belajar. Ada tiga hal penting yang dapat
dilakukan, yaitu :
a)
Karakteristik umum, karakteristik ini mencakup
deskriptor, seperti usia, gender, kelas dan faktor budaya atau sosioekonomi.
b)
Kompetensi dasar spesifik, merujuk pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki pemelajar atau yang belum dimiliki : keterampilan
prasyarat, keterampilan target, dan sikap.
c)
gaya belajar, merujuk pada spektrum sifat-sifat
psikologis yang mempengaruhi bagaimana siswa Anda merasakan dan merespons
stimulus yang berbeda, seperti kecerdasan jamak, prefensi dan kekuatan
persetual, kebiasaan memproses informasi, motivasi dan faktor-faktor
fisiologis.
2. States
Objectives ( Menyatakan Standar dan Tujuan ),
Langkah selanjutnya adalah Menyatakan Standar
dan tujuan belajar harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap
yang baru untuk dipelajari. Tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan baik akan
memperjelas tujuan, perilaku yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau
kinerja akan diamati, dan tingkat pengetahuan atau kemampuan baru harus
dikuasai siswa.
3. Select
Methods ( Memilih strategi, teknologi, Media, dan Materi ),
Setelah menganalisis para pemelajar Anda
dan menyatakan standar dan tujuan belajar, anda telah membuat titik permulaan
(pengetahuan, kemampuan, dan sikap terkini para siswa) dan titik akhir (tujuan
belajar) dari pengajaran. Ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan
dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran,
dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan
media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain
media yang telah ditentukan.
4. Utilize
Media and materials (Menggunakan Teknologi, Media dan Material)
Tahap ini melibatkan perencanaan peran Anda
sebagai guru untuk menggunakan Teknologi, Media dan material untuk membantu
para siswa mencapai tujuan belajar. Ada lima langkah bagi penggunaan media yang
baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan
pengalaman pembelajaran.
5. Require
Learner Participation ( Mengharuskan Prestasi Belajar )
Agar efektif, pengajaran sebaiknya
mengharuskan keterlibatan aktif mental para pembelajar. Sebaiknya terdapat
aktifitas yang memungkinkan mereka menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru
dan menerima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum secara formal
dinilai pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti
memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
6.
Evaluate and
Revise ( Mengevaluasi dan Merevisi ),
Setelah
melaksanakan sebuah mata pelajaran, adalah penting untuk mengevaluasi dampaknya
pada pembelajar siswa. Penilaian yang
dimaksud melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar,
pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media,
penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
Langkah
pertama dalam merencanakan ruang kelas adalah dengan mengindentifikasi dan
menganalisis karakteristik pebelajar yang disesuaikan dengan hasil belajar.
Jawaban sementara terhadap identifikasi dan analisis ini akan menjadi pemandu
dalam mengambil keputusan saat merancang kegiatan pembelajaran. Yang perlu
diperhatikan adalah karakteristik umum, kompetensi dasar spesifik seperti
pengetahuan, kemampuan dan sikap serta memperhatikan gaya belajar.
Langkah kedua
dengan menyatakan standard dan tujuan pembelajaran yang spesifik untuk kegiatan
yang dilakukan. Tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan,
perilaku yang diinginkan, kondisi dan kinerja yang akan diamati dan tingkat
pengetahuan atau kemampuan baru yang akan dikuasai pebelajar.
Langkah
ketiga setelah menganalisis dan menyatakan standard dan tujuan pembelajarann,
maka tugas selanjutnya adalah membangun jembatan diantara keda titik tersebut
dengan memilih strategi pengajaran, teknologi dan media yang disesuaikan, serta
memutuskan materi yang akan diberikan.
Langkah
selanjutnya adalah dengan melibatkan peran pembelajar untuk menggunakan
terknologi, strategi dan materi untuk membantu pebelajar mencapai tujuan
belajar. Dan dalam melibatkan peran guru sebagai fasilitator, langkah kelima
dengan melibatkan partisipasi pebelajar. Agar efektif, pengajaran sebaiknya
mengharuskan keterlibatan aktif secara mental. Sebaiknya aktivitas yang terjadi
itu memungkinkan pebelajar menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan
menerima umpan balik. Pada prakteknya bias saja melibatkan kemandirian pebelajar,
pengajaran yang dibantu komputer, kegiatan internet atau kerja kelompok.
Sedangkan
langkah terakhir adalah mengevaluasi dan merevisi. Setelah melaksanakan
pembelajaran di ruang kelas, penting untuk mengevaluasi dampak kegiatan yang
telah berlangsung terhadap pebelajar. Penilaian sebaiknya tidak memeriksa
tingkat dimana pebelajar dapat mencapai tujuan belajar, namun juga memeriksa
keseluruhan proses pengajaran dan dampak penggunaan teknologi dan media. Hal
itu dapat dicocokkan antara tujuan belajar dan hasil belajar pebelajar.
A. RANCANGAN PENGGUNAAN MEDIA DENGAN MODEL ASSURE
Rancangan penggunaan media dengan model ASSURE akan dilakukan pada ruang
kelas mahasiswa yang mengambil mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis
Komputer Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Padang. Dalam
buku panduan akademik, mata kuliah ini akan keluar pada semester ganjil
hitungan semester lima untuk setiap tingkatnya. Dimana kegiatan pembelajarannya
dilakukan di laboratorium komputer program studi.
B.
PENGGUNAAN MODEL ASSURE
1. Analisis
Pembelajar
Karakteristik umum dari pebelajar Desain Pembelajaran Berbasis Komputer
adalah pebelajar yang sudah melalui pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Diasumsikan dapat membaca, memahami dan menganalisis bahkan dapat berkreatifitas
mengeluarkan ide-ide untuk menunjukkan eksistensi dari diri sendiri. Bisa
menggunakan dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan memiliki keberagaman
suku namun semuanya berkewarganegaraan Indonesia. Dengan kemajuan terknologi
informasi dan komunikasi, semua pebelajar diasumsikan dapat berinteraksi dengan
internet. Secara umum, pebelajar meperliahatkan kurang tertarik dan apati
terhadap kegiatan pembelajaran ketika aktivitas berorientasi pada buku teks.
Sedangkan karakteristik dasar yang spesifik yang dimiliki pebelajar untuk
mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer adalah bahwa mereka sudah
memiliki stomata tentang Pembelajaran Berbasis Komputer sejak awal bergabung
dengan program studi Teknologi Pendidikan. Kompetensi prasayat yang akan
digunakan pada mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer adalah
mengetahui jenis mata pelajaran di sekolah dasar dan mengengah yang akan
dikembangkan dan memiliki keinginan untuk mengeluarkan ide dalam merancang
pembelajaran berbasis komputer.
Selain itu, gaya belajar yang dimiliki pebelajar adalah beragam, baik itu
kecerdasan majemuk, kekuatan konseptual, kebiasaan memproses informasi,
motivasi, dan faktor fisiologis.
2. Menentukan standar dan tujuan
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional (aims), tujuan pendidikan
untuk perguruan tinggi (goals), maka standar (sebagai objectives)
yang harus dipenuhi pebelajar pada mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis
Komputer adalah memahami model-model pengembangan pembelajaran berbasis
komputer.
Sedangkan tujuan akhir yang harus dicapai pebelajar adalah bahwa
pebelajar dapat merancang dan menghasilkan sebuah rancangan untuk kegiatan
pembelajaran berbasis kompuer di kelas dasar dan menengah (rumus ABCD-audience,
behavior,condition and degree).
3. Memilih strategi,
teknologi, media dan materi
a.
Memilih strategi
Jika merujuk pada ARCS (attention, relevant, confidence and
satisfaction) maka strategi yang akan dipilih dalam perencanaan
pembelajaran ini adalah strategi yang berpusat pada pembelajar dan strategi
yang berpusat pada pebelajar.
b. Memilih teknologi
dan media
Jika merujuk pada kriteria media dan teknologi yang disebut Smaldino
(2007:97) maka teknologi dan media yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran
ini menggunakan teknologi berbasis komputer. Melibatkan unit komputer, jaringan
internet, web pembelajaran yang dirancang oleh pembelajar, whiteboard,
dan proyektor.
c. Memilih materi
Sebelum memilih materi, terlebih dahulu akan dilakukan obsevasi awal
dengan melakukan pengumpulan materi yang siap pakai, meminta keterlibatan
spesialis materi dan memintai pendapat dari pembelajar lain. Kesemuanya akan
digabung dan diseleksi menjadi materi yang akan digunakan dalam perencanaan
pembelajaran ini. Pemilihan itu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan
kebutuhan dari pelajar, karena materi yang siap pakai yang diperoleh, biasanya
butuh sentuhan modifikasi, maka sentuhan itu perlu keterlibatan spesialis dan
pembelajar lain. Kemudian dalam pemilihan materi juga akan memerhatikan hak cipta
dari materi tersebut. Maka materi yang dipilih dalam pembelajaran yang akan
dilakukan adalah Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer. Ada empat model,
model drill, model simulasi, model games dan model tutorial. Materi ini
dimasukkan ke dalam web pembelajaran yang akan digunakan.
Menggunakan terknologi, media dan materi digunakan proses 5P, preview,
prepare (teknologi, media dan
materi), prepare (lingkungan), prepare (pebelajar) and provide.
Setelah semuanya bisa dikondisikan untuk kondisi belajar, maka dilakukan
kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan menggunakan model pembelajaran blended learning,
yaitu menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online.
Web pembelajaran yang telah disediakan pembelajar digunakan sebagai media di
dalam ruang kelas dan sebagai sumber belajar di luar ruang kelas. Untuk sumber
belajar, web pembelajaran dibaca dan dipahami pebelajar, hasil pemahaman
masing-masing akan dibahas dalam diskusi pada pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan sebagai media, web pembelajaran membantu memberikan contoh konkrit
dari pada yang pembelajar jelaskan. Karena menggunakan ruangan yang membutuhkan
arus listrik, perlu mencek arus dan memastikan semua komputer terhubungan ke
internet. Memeriksa semua perlatakan yang dibutuhkan seperti speaker,
headset dan printer. Selain lingkungan, juga mengkondisikan pebelajar mulai
dari motivasi dan minat.
Pada pelaksanaan di ruang kelas, pebelajar memiliki masing-masingnya satu
unit komputer. Melalui komputer masing-masing pembelajar akan mengakses web
pembelajaran. Ketika pembelajar merasa pebelajar membutuhkan penjelasan lebih
lanjut dan detail, contoh dan perbandingan dari model pembelajaran berbasis
komputer maka pebelajar diminta untuk memerhatikan web pembelajaran. Bila
perlu, komputer pembelajar ditampilkan melalui proyektor agar tidak bias. Jadi
dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka, pada saat yang dirasa dibutuhkan
pembelajaran online maka dilakukan pembelajaran online dalam kegiatan
pembelajaran tatap muka. Yang kemudian disebut dengan blended learning.
Pelaksanaan blended learning
menuntut partisipasi aktif dari pebelajar, melalui forum diskusi yang
disediakan dalam web pembelajaran, tanya jawab melalui komentar-komentar di
bawah materi bahasan dan juga beberapa halaman sites yang diisi oleh team-team.
Kupasan materi yang diupload team, disepakati diawal pembelajaran. Bentuk
tuntutan untuk pebelajar adalah berupa latihan-latihan, laporan diskusi di luar
ruang kelas, tugas kelompok yang akan dipresentasikan dan partisipasi dalam
diskusi di ruang kelas.
Dari partisipasi pebelajar diharapkan pebelajar memiliki pengalaman yang
mengantarkan mereka pada kompetensi untuk berkreatifitas menghasilkan rancangan
pembelajaran berbasis komputer. Baik itu merancang pembelajaran,
flowchart dan storyboard.
Ada beberapa hal yang akan dievaluasi dan direvisi, diantaranya adalah
hasil belajar dengan penilaian autentik dan portofolio, kemudian mengevaluasi
strategi, terknologi dan media yang dipilih serta evaluasi pembelajar.
Pertama evaluasi hasil belajar dengan autentik, yaitu mengharuskan
pebelajar untuk menggunakan proses yang sesuai dengan konten dengan bagaimana
konten tersebut digunakan dalam dunia nyata. Dalam mata kuliah Desain
Pembelajaran Berbasis Komputer, akan dievaluasi bagaimana kemampuan pebelajar
untuk merancang pembelajaran berbasis komputer menggunakan empat model
pembelajaran yang telah dikenalkan. Penilaian autentik ini akan didukung dengan
portofolio yang dimiliki pebelajara selama melakukan proses pembelajaran, baik
itu tugas kelompok, tugas pribadi dan rancangan desain pembelajaran berbasis
komputer. Portofolio yang dibuat pebelajar menggambarkan pencapaian pebelajar
terkait dengan analisis, sintesis dan evaluasi. Karena ini blended learning, juga ada
portofolio eletronik dan portofolio tradisional. Portofolio elektronik diserahkan
dalam bentuk CD yang diburning dan portofolio tradisional dalam bentuk
printout.
Kedua mengevaluasi strategi, teknologi dan media akan dilakukan dengan
melakukan survei dan observasi. Survei dilakukan dengan cara membagikan daftar
pertanyaan berupa pendapat pebelajar terhadap strategi, teknologi dan media
yang digunakan. Sedangkan observasi digunakan untuk melihat secara langsung
umpan balik pebelajar dari strategi, teknologi dan media yang digunakan.
Ketiga evaluasi pembelajar dilakukan dengan empat cara, yaitu melalui
diri sendiri, pebelajar, rekan dan administrator. Dengan diri sendiri dilakukan
dengan membuat rekaman audio atau video berisi kegiatan pembelajaran. Dari
audio dan video yang diperoleh, pembelajar dapat mempelajari seluruh kegiatan
dan memperbaiki diri.
Pebelajar juga dapat dimintai untuk melakukan penilaian dengan memberikan
saran-saran dan masukan. Begitu juga dengan rekan sejawat, rekan dapat
melakukan pemantauan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan mintai saran
untuk melakukan perbaikan. Dan dengan bantuan adminstrator juga bisa dilakukan,
yaitu dengan cara administrator mengunjungi kelas dan memberikan masukan pada
pembelajar yang telah melakukan kegiatan pembelajaran.
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(
RPP )
Nama Sekolah : SMP NEGERI 4 SUNGAI PENUH
Mata Pelajaran : B K
Kelas / Semester : VII / 1
Tahun pelajaran : 2011/2012
Standar Kompetensi
Mencapai Perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
Kompetensi
Dasar:
1.
Memahami secara lebih luas dan
mendalam kaidah-kaidah ajaran yang dianutnya,
2.
Meyakini dan menjalankan kaidah-kaidah ajaran agama yang dianutnya
Bidang Bimbingan :
Pribadi
Jenis Layanan
: Informasi
Alokasi waktu :
2 x pertemuan
A. Tujuan Layanan :
Pertemuan 1
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT
Pertemuan 2
Melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya.
·
Karakter siswa yang diharapkan : - Patuh/taat
- Disiplin
- Tanggungjawab
- Berbudi pekerti
B. Materi Pembelajaran
1. Kewajiban warga Negara untuk beragama
2. Makna Taqwa
C.
Metode pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya jawab
D. Strategi
Pelayanan :
Pertemuan 1
1. Pendahuluan :
a. Apersepsi
: - Tulislah mengapa setiap warga Negara
wajib beragama.
b. Motivasi : Tiap peserta didik disuruh bertukar jawaban
dengan temannya tentang soal di atas,
c. Guru
menginformasikan tujuan layanan
2. Kegiatan Inti :
Ø Eksplorasi
Dalam kegiatan ekplorasi, guru :
a. Melibatkan seluruh siswa untuk memberi
komentar atas jawaban siswa
b. Memberikan beberapa referensi sebagai
bahan kajian
c. Mengakomodir seluruh hasil pikiran
peserta didik
· Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
a. Memberikan apresiasi terhadap seluruh pendapat siswa
b. Guru memberikan penguatan tentang materi di atas
c. Memberikan kesempatan berfikir terhadap siswa tanpa
ada perasaan takut
· Konfirmasi
Dalam kegiatan Konfirmasi, guru :
a. Bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
b. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan
3. Kegiatan penutup :
Dalam kegiatan penutup, guru :
a. Guru bersama siswa menyimpulkan
pelajaran
b. Membuat penilaian
c. Refleksi : peserta didik mengungkapkan
kesan tentang materi layanan
d. Menginformasikan kepada siswa tentang
materi pada pertemuan berikutnya
Pertemuan 2
1. Pendahuluan :
a. Apersepsi : - Jelaskan pengertian dari
Taqwa !
b. Motivasi : Tiap peserta didik
mengungkapkan pendapatnya tentang taqwa
c. Guru menginformasikan tujuan layanan
pada pertemuan ini
2. Kegiatan Inti :
Ø
Eksplorasi
Dalam kegiatan ekplorasi, guru :
a.
Melibatkan seluruh siswa untuk memberi komentar atas jawaban masing-masing
siswa
b. Memberikan beberapa referensi jawaban
sebagai bahan kajian
c. Mengakomodir seluruh hasil pikiran
peserta didik
Ø Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
a. Memberikan apresiasi terhadap seluruh
pendapat siswa
b. Guru memberikan penguatan tentang materi
di atas
c. Memberikan kesempatan berfikir tanpa ada
rasa takut
Ø Konfirmasi
Dalam kegiatan Konfirmasi, guru :
a. Bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui siswa
b. Bersama
siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
3. Kegiatan penutup :
Dalam kegiatan penutup, guru :
a. Guru bersam siswa menyimpulkan pelajaran
b. Membuat penilaian
c. Refleksi : peserta didik mengungkapkan kesan terhadap pentingnya warga
Negara beragama
d. Menginformasikan kepada siswa tentang
materi pada pertemuan berikutnya
E. Sumber dan Media Layanan
1. Modul materi layanan Klasikal
2. Buku fiqh “ Sulaiman Rasyid “
F. Penilaian
a. Unsur yang dimiliki : 1. Pemahaman materi
2. Perasaan yang dialami setelah pelayanan
selesai
3. Rencana memahami dan mengembangkan isi
materi
b. Tehnik Penilaian : 1. Hasil jawaban
siswa
2.
Pengamatan ( Observasi )
3.
Tugas modul BK
4.
Laiseg
G. Tindak Lanjut :
1. Mengembangkan diri pada kegiatan yang
dapat membantu memahami isi materi pada modul BK
2. Diadakan Konseling bagi siswa yang belum
mampu memahami isi materi
H. Catatan Khusus :
Hal-hal yang penting terjadi selama proses kegiatan
berlangsung menjadi perhatiankegiatan berikutnya
Sungai Penuh,
Mei 2012
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
I F R I A L, S.Pd AISAHARDIANTI,
S.Pd
NIP.196012081984031003 NIP.198710102010012017
DAFTAR PUSTAKA
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: ALFABETA
Prayitno. 2009. Pendidikan: Dasar Teori dan Praktis Jilid I. Padang: UNP Press
Prayitno. 2009. Pendidikan: Dasar Teori dan Praktis Jilid II. Padang: UNP Press
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Rusma. 2011. Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Rajawali Press
Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional Technology And Media For Learning Ninth edition. New Jersey Columbus, Ohio: PEARSON Merrill Prentice Hall
Snelbecker E. Glen. (1974). Learning Theory Instructional Theory. USA: McGraw-Hill, inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar