Rabu, 06 Juni 2012

TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN

RANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN




TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN





DOSEN PENGASUH :
Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd




Oleh  :
AISAHARDIANTI, S.Pd
NIM: 1104031



TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA ( S.2 )
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan  Tugas Semester “ Merancang Media Pembelajaran “.

Analisis ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam Mata Kuliah  MEDIA PEMBELAJARAN. Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP) Universitas Negeri Padang.

Analisis ini dapat diselesaikan berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.      Bapak Dr. Jasrial, M.Pd,  Ketua Program Studi Pasca Sarjana (S2) Jurusan  Teknologi Pendidikan.
2.        Ibu Dr. INDRATI KUSUMANINGRUM, M.Pd Dosen pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran.
3.        Rekan- rekan Mahasiswa Program Pasca Sarjana (S2) Jurusan Teknologi Pendidikan (TP)  yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya, kehadirat Allah SWT  jualah tempat penulis memohon, semoga segala bantuan yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat balasan yang berlipat ganda dariNya.. Amin Ya Rabbal Alamin.

Sungai Penuh,  4  Juni  2012

Penulis

 
                                                                       
                                                           





BAB I

TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA


A.      TEORI – TEORI BELAJAR
Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati (Snelbecker, 1974 dalam Dahar, 1988: 5). Proposisi yang terintegrasi secara sintaktik, artinya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi lainnya dan juga pada data yang diamati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, proposisi berarti rancangan usulan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 899). Dengan demikian proposisi dalam kaitannya dengan teori, berarti rancangan gagasan untuk memprediksi dan mejelaskan fenomena-fenomena. Salah satu fenomena itu adalah belajar dan pembelajaran yang terjadi dalam dunia pendidikan.

Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan perilaku (De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali, 2000: 14). Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati . Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat diamati disebut kecendrungan perilaku (behavioral tendency). Penampilan yang dimaksud dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan, dan melakukan sesuatu perbuatan. Terdapat perbedaan yang mendasar antara perilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan. Seseorang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tidak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan seseorang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukkannya secara berulang-ulang dengan hasil yang sama. Gagne (1977) seperti yang dikutip Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi (hasil) yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal dilingkungan pribadi yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).

Proses belajar dalam konteks pendidikan formal, merupakan proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh pebelajar pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan atau disajikan di sekolah, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas (Soedijarto, 1993: 94). Proses belajar yang berkulitas dan relevan tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu direncanakan. Belajar merupakan kegiatan aktif pebelajar dalam membangun makna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada pebelajar dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002). Oleh karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab pebelajar untuk belajar sepanjang hayat. Pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih bermakna dibandingkan dengan satu indera saja. (Dryden, G. dan Jeannette V., 2002: 195). Hal ini akan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru dan tidak terpaku pada satu cara saja.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks, dimana melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan, dan juga asosiasi. Lozanov (1978), mengatakan bahwa sampai sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar mengajar itu berlangsung (DePorter, B., 2002: 3). Ini berarti, dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian pebelajar ke dalam nuansa proses belajar seumur hidup dan tak terlupakan. Hal ini, sesuai dengan empat pilar pendidikan seumur hidup, seperti yang ditetapkan UNESCO, yaitu 1) to learn to know (belajar untuk berpengetahuan), 2) to learn to do (belajar untuk berbuat), 3) to learn to live together (belajar untuk dapat hidup bersama), dan 4) to learn to be (belajar untuk jati diri) (Sadia, 2006). Untuk itu diperlukan membangun ikatan emosianal dengan pebelajar, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan ancaman. Hal ini merupakan faktor yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik. Studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, dan ramah. Dengan kondisi seperti itu, siswa lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran (Walberg, 1997 dalam DePorter, B., 2002: 23). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam terhadap fenomena belajar dan pembelajaran, sehingga dalam implementasinya dapat lebih efektif dan efesien.

Ada perbedaan yang prinsip antara teori belajar dengan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskriptif, karena tujuan utamanya memeriksa proses belajar. Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Bruner dalam Degeng, 1989 dalam Budiningsih, 2005: 11). Teori belajar lebih fokus kepada bagaimana peserta didik belajar, sehingga berhubungan dengan variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Dalam teori belajar, kondisi dan metode pembelajaran merupakan variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Dengan demikian, dalam pengembangan teori belajar, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi. Hubungan antara variabel-variebel pembelajaran pada teori belajar, disajikan pada diagram berikut:
Kondisi   Pembelajaran  Metode →  Pembelajaran Hasil  Pembelajaran

Dalam pengembangan teori belajar, hasil yang diamati adalah hasil pembelajaran nyata (actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, yaitu hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang dinginkan. Oleh karena teori belajar adalah deskriptif, maka menggunakan struktur logis “Jika ….,          maka …..” (Landa dalam Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005: 13). Sebagai contoh, ”Jika materi pelajaran (ini suatu kondisi) diorganisasi dengan menggunakan model elaborasi (ini suatu metode) maka perolehan belajar dan retensi (ini suatu hasil) akan meningkat”. Dalam  proposisi teori belajar tersebut, model pengorganisasian pembelajaran (model elaborasi) ditetapkan sebagai perlakuan, di bawah kondisi karakteristik isi pelajaran, untuk memerikan perubahan unjuk kerja (actual outcomes), berupa peningkatan perolehan belajar dan retensi. Dengan demikian teori belajar menyatakan bahwa, apa yang terjadi secara psikologis bila suatu tindakan belajar dilakukan oleh seseorang.
Pada teori pembelajaran, fokus diarahkan kepada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu teori pembelajaran berhubungan dengan upaya mengontrol variable-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat mudah belajar. Dalam hal ini, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai givens, dan metode yang optimal ditetapkan sebagai variabel yang diamati. Jadi, kondisi dan hasil pembelajaran sebagai variabel bebas, sedangkan metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. 

Teori pembelajaran adalah goal oriented, artinya, teori pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai tujuan (Reigeluth, 1983; Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005: 12). Oleh karena itu, variabel yang diamati dalam teori pembelajaran adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Hubungan antara variable-variabel tersebut, disajikan pada bagan berikut:

Kondisi  →  Pembelajaran  → Hasil  Pembelajaran  Metode   →  Pembelajaran


Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori pembelajaran adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan lebih dulu. Dengan demikian teori pembelajaran berisi seperangkap preskriptif guna mengoptimalkan hasil pembelajaran yang diinginkan di bawah kondisi tertentu. Adapun proposisi yang digunakan dalam teori pembelajaran adalah “Agar …., lakukan ini” (Landa dalam Degeng, 1990 dalam Budiningsih, 2005:13). Sebagai contoh, “Agar perolehan belajar dan retensi (suatu hasil) meningkat, organisasilah materi pelajaran (suatu kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (suatu metode). Dalam proposisi teori pembelajaran, peningkatan perolehan belajar dan retensi ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang diinginkan, dan model elaborasi yang merupakan salah satu model untuk mengorganisasi materi pelajaran, dijadikan metode yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam teori pembelajaran harus terdapat variabel metode pembelajaran. Oleh karena itu teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri peserta didik. Jadi, dalam teori pembelajaran, terdapat preskripsi tindakan belajar yang harus dilakukan agar proses psikologis dapat terjadi.

Teori belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1.      Teori sebelum abad ke-20.
Yang termasuk teori belajar sebelum abad ke-20, yaitu teori disiplin mental, teori pengembangan alamiah, dan teori apersepsi. Teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan berdasarkan pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperimen.

2.      Teori belajar abad ke-20.
Di bagi menjadi dua macam, yaitu :
a)      Teori belajar perilaku (behavioristik).
Teori belajar perilaku (behavioristik) adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik :
Ø  Kelemahan Teori Behavioristik :
1)      Teori ini tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks sebab banyak variabel atau hala-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
2)      Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

Ø  Kelebihan Teori Behavioristik :
Teori ini cenderung mengarah siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

b)        Teori belajar Gestalt-field, berlandaskan kepada segi kognitif (Ali, 2000: 20).
Beberapa teori belajar perilaku (behavioristik), diantaranya Teori Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov dan didukung oleh John B Watson, Teori Law Of Effect oleh Edward Lee Thorndike dengan pendukungnya Clark Hull, serta Teori Operant Conditioning oleh Skiner (Dahar, 1989: 39). Sedangkan teori belajar Gestalt-field (teori belajar kognitif), meliputi teori belajar bermakna oleh Ausubel, teori belajar pemahaman konsep oleh Jerome Bruner, teori Webteaching oleh Norman, teori Hirarki belajar oleh Gagne, dan teori perkembangan oleh Piaget. 

Teori Piaget biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.  Teori belajar Piaget berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.  Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan teori Piaget sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivistik (Ruseffendi, 1988 dalam Hamzah, 2001). Pernyataan ini didukung oleh Sadia (2006), yang mengemukakan bahwa pandangan konstruktivisme berakar pada teori struktur genetik Piaget. Berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dikembangkannya, Piaget juga dikenal sebagai konstruktivis pertama. 

B.       TEORI MEDIA
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.

                                
Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya :
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang  menentukan hasil  belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan  ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

Tujuan menggunakan media pembelajaran :
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
Ø  mempermudah proses belajar-mengajar
Ø  meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
Ø   menjaga relevansi dengan tujuan belajar
Ø  membantu konsentrasi mahasiswa
Ø  Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Ø  Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
Ø  Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
Ø  Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa

Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat  dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

BAB II
MODEL ASSURE

Model ASSURE Menggabungkan semua kegiatan instruksional. Model ASSURE merupakan langkah merencanakan pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas secara sistematis dengan memadukan penggunaan terknologi dan media. Model ASSURE menggunakan tahap demi tahap untuk membuat perancangan pembelajaran yang dapat dilihat dari nama model tersebut, yaitu ASSURE. Model  ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1.      Analyze Learners ( Menganalisis pembelajar ),
Langkah pertama dalam merencanakan mata pelajaran adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pemelajar yang disesuaikan dengan hasil-hasil belajar.              Ada tiga hal penting yang dapat dilakukan, yaitu :
a)         Karakteristik umum, karakteristik ini mencakup deskriptor, seperti usia, gender, kelas dan faktor budaya atau sosioekonomi.
b)        Kompetensi dasar spesifik, merujuk pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pemelajar atau yang belum dimiliki : keterampilan prasyarat, keterampilan target, dan sikap.
c)         gaya belajar, merujuk pada spektrum sifat-sifat psikologis yang mempengaruhi bagaimana siswa Anda merasakan dan merespons stimulus yang berbeda, seperti kecerdasan jamak, prefensi dan kekuatan persetual, kebiasaan memproses informasi, motivasi dan faktor-faktor fisiologis.

2.      States Objectives ( Menyatakan Standar dan Tujuan ),
Langkah selanjutnya adalah Menyatakan Standar dan tujuan belajar harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari. Tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan, perilaku yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau kinerja akan diamati, dan tingkat pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai siswa.

3.      Select Methods ( Memilih strategi, teknologi, Media, dan Materi ),
Setelah menganalisis para pemelajar Anda dan menyatakan standar dan tujuan belajar, anda telah membuat titik permulaan (pengetahuan, kemampuan, dan sikap terkini para siswa) dan titik akhir (tujuan belajar) dari pengajaran. Ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan  dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media  yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.

4.      Utilize Media and materials (Menggunakan Teknologi, Media dan Material)
Tahap ini melibatkan perencanaan peran Anda sebagai guru untuk menggunakan Teknologi, Media dan material untuk membantu para siswa mencapai tujuan belajar. Ada  lima langkah  bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.

5.      Require Learner Participation ( Mengharuskan Prestasi Belajar )
Agar efektif, pengajaran sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif mental para pembelajar. Sebaiknya terdapat aktifitas yang memungkinkan mereka menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menerima umpan balik mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum secara formal dinilai pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
6.      Evaluate and Revise ( Mengevaluasi dan Merevisi ),
Setelah melaksanakan sebuah mata pelajaran, adalah penting untuk mengevaluasi dampaknya pada pembelajar siswa. Penilaian  yang dimaksud melibatkan beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.

 

Langkah pertama dalam merencanakan ruang kelas adalah dengan mengindentifikasi dan menganalisis karakteristik pebelajar yang disesuaikan dengan hasil belajar. Jawaban sementara terhadap identifikasi dan analisis ini akan menjadi pemandu dalam mengambil keputusan saat merancang kegiatan pembelajaran. Yang perlu diperhatikan adalah karakteristik umum, kompetensi dasar spesifik seperti pengetahuan, kemampuan dan sikap serta memperhatikan gaya belajar.

Langkah kedua dengan menyatakan standard dan tujuan pembelajaran yang spesifik untuk kegiatan yang dilakukan. Tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan, perilaku yang diinginkan, kondisi dan kinerja yang akan diamati dan tingkat pengetahuan atau kemampuan baru yang akan dikuasai pebelajar.

Langkah ketiga setelah menganalisis dan menyatakan standard dan tujuan pembelajarann, maka tugas selanjutnya adalah membangun jembatan diantara keda titik tersebut dengan memilih strategi pengajaran, teknologi dan media yang disesuaikan, serta memutuskan materi yang akan diberikan.

Langkah selanjutnya adalah dengan melibatkan peran pembelajar untuk menggunakan terknologi, strategi dan materi untuk membantu pebelajar mencapai tujuan belajar. Dan dalam melibatkan peran guru sebagai fasilitator, langkah kelima dengan melibatkan partisipasi pebelajar. Agar efektif, pengajaran sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif secara mental. Sebaiknya aktivitas yang terjadi itu memungkinkan pebelajar menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menerima umpan balik. Pada prakteknya bias saja melibatkan kemandirian pebelajar, pengajaran yang dibantu komputer, kegiatan internet atau kerja kelompok.

Sedangkan langkah terakhir adalah mengevaluasi dan merevisi. Setelah melaksanakan pembelajaran di ruang kelas, penting untuk mengevaluasi dampak kegiatan yang telah berlangsung terhadap pebelajar. Penilaian sebaiknya tidak memeriksa tingkat dimana pebelajar dapat mencapai tujuan belajar, namun juga memeriksa keseluruhan proses pengajaran dan dampak penggunaan teknologi dan media. Hal itu dapat dicocokkan antara tujuan belajar dan hasil belajar pebelajar.

A.      RANCANGAN PENGGUNAAN MEDIA DENGAN MODEL ASSURE
Rancangan penggunaan media dengan model ASSURE akan dilakukan pada ruang kelas mahasiswa yang mengambil mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Padang. Dalam buku panduan akademik, mata kuliah ini akan keluar pada semester ganjil hitungan semester lima untuk setiap tingkatnya. Dimana kegiatan pembelajarannya dilakukan di laboratorium komputer program studi.

B.  PENGGUNAAN MODEL ASSURE
1.   Analisis Pembelajar
Karakteristik umum dari pebelajar Desain Pembelajaran Berbasis Komputer adalah pebelajar yang sudah melalui pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Diasumsikan dapat membaca, memahami dan menganalisis bahkan dapat berkreatifitas mengeluarkan ide-ide untuk menunjukkan eksistensi dari diri sendiri. Bisa menggunakan dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan memiliki keberagaman suku namun semuanya berkewarganegaraan Indonesia. Dengan kemajuan terknologi informasi dan komunikasi, semua pebelajar diasumsikan dapat berinteraksi dengan internet. Secara umum, pebelajar meperliahatkan kurang tertarik dan apati terhadap kegiatan pembelajaran ketika aktivitas berorientasi pada buku teks.

Sedangkan karakteristik dasar yang spesifik yang dimiliki pebelajar untuk mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer adalah bahwa mereka sudah memiliki stomata tentang Pembelajaran Berbasis Komputer sejak awal bergabung dengan program studi Teknologi Pendidikan. Kompetensi prasayat yang akan digunakan pada mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer adalah mengetahui jenis mata pelajaran di sekolah dasar dan mengengah yang akan dikembangkan dan memiliki keinginan untuk mengeluarkan ide dalam merancang pembelajaran berbasis komputer.
Selain itu, gaya belajar yang dimiliki pebelajar adalah beragam, baik itu kecerdasan majemuk, kekuatan konseptual, kebiasaan memproses informasi, motivasi, dan faktor fisiologis.

2.  Menentukan standar dan tujuan
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional (aims), tujuan pendidikan untuk perguruan tinggi (goals), maka standar (sebagai objectives) yang harus dipenuhi pebelajar pada mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer adalah memahami model-model pengembangan pembelajaran berbasis komputer.
Sedangkan tujuan akhir yang harus dicapai pebelajar adalah bahwa pebelajar dapat merancang dan menghasilkan sebuah rancangan untuk kegiatan pembelajaran berbasis kompuer di kelas dasar dan menengah (rumus ABCD-audience, behavior,condition and degree).

3. Memilih strategi, teknologi, media dan materi
     a.    Memilih strategi
Jika merujuk pada ARCS (attention, relevant, confidence and satisfaction) maka strategi yang akan dipilih dalam perencanaan pembelajaran ini adalah strategi yang berpusat pada pembelajar dan strategi yang berpusat pada pebelajar.
     b.   Memilih teknologi dan media
Jika merujuk pada kriteria media dan teknologi yang disebut Smaldino (2007:97) maka teknologi dan media yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran ini menggunakan teknologi berbasis komputer. Melibatkan unit komputer, jaringan internet, web pembelajaran yang dirancang oleh pembelajar, whiteboard, dan proyektor.
    c.    Memilih materi
Sebelum memilih materi, terlebih dahulu akan dilakukan obsevasi awal dengan melakukan pengumpulan materi yang siap pakai, meminta keterlibatan spesialis materi dan memintai pendapat dari pembelajar lain. Kesemuanya akan digabung dan diseleksi menjadi materi yang akan digunakan dalam perencanaan pembelajaran ini. Pemilihan itu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan dari pelajar, karena materi yang siap pakai yang diperoleh, biasanya butuh sentuhan modifikasi, maka sentuhan itu perlu keterlibatan spesialis dan pembelajar lain. Kemudian dalam pemilihan materi juga akan memerhatikan hak cipta dari materi tersebut. Maka materi yang dipilih dalam pembelajaran yang akan dilakukan adalah Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer. Ada empat model, model drill, model simulasi, model games dan model tutorial. Materi ini dimasukkan ke dalam web pembelajaran yang akan digunakan.

 4.  Menggunakan teknologi media dan materi
Menggunakan terknologi, media dan materi digunakan proses 5P, preview, prepare    (teknologi, media dan materi), prepare (lingkungan), prepare (pebelajar) and provide. Setelah semuanya bisa dikondisikan untuk kondisi belajar, maka dilakukan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan menggunakan model pembelajaran blended learning, yaitu menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Web pembelajaran yang telah disediakan pembelajar digunakan sebagai media di dalam ruang kelas dan sebagai sumber belajar di luar ruang kelas. Untuk sumber belajar, web pembelajaran dibaca dan dipahami pebelajar, hasil pemahaman masing-masing akan dibahas dalam diskusi pada pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan sebagai media, web pembelajaran membantu memberikan contoh konkrit dari pada yang pembelajar jelaskan. Karena menggunakan ruangan yang membutuhkan arus listrik, perlu mencek arus dan memastikan semua komputer terhubungan ke  internet. Memeriksa semua perlatakan yang dibutuhkan seperti speaker, headset dan printer. Selain lingkungan, juga mengkondisikan pebelajar mulai dari motivasi dan minat.

Pada pelaksanaan di ruang kelas, pebelajar memiliki masing-masingnya satu unit komputer. Melalui komputer masing-masing pembelajar akan mengakses web pembelajaran. Ketika pembelajar merasa pebelajar membutuhkan penjelasan lebih lanjut dan detail, contoh dan perbandingan dari model pembelajaran berbasis komputer maka pebelajar diminta untuk memerhatikan web pembelajaran. Bila perlu, komputer pembelajar ditampilkan melalui proyektor agar tidak bias. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka, pada saat yang dirasa dibutuhkan pembelajaran online maka dilakukan pembelajaran online dalam kegiatan pembelajaran tatap muka. Yang kemudian disebut dengan blended learning.

  5.  Mengharuskan partisipasi pebelajar
Pelaksanaan blended learning menuntut partisipasi aktif dari pebelajar, melalui forum diskusi yang disediakan dalam web pembelajaran, tanya jawab melalui komentar-komentar di bawah materi bahasan dan juga beberapa halaman sites yang diisi oleh team-team. Kupasan materi yang diupload team, disepakati diawal pembelajaran. Bentuk tuntutan untuk pebelajar adalah berupa latihan-latihan, laporan diskusi di luar ruang kelas, tugas kelompok yang akan dipresentasikan dan partisipasi dalam diskusi di ruang kelas.
Dari partisipasi pebelajar diharapkan pebelajar memiliki pengalaman yang mengantarkan mereka pada kompetensi untuk berkreatifitas menghasilkan rancangan pembelajaran  berbasis komputer. Baik itu merancang pembelajaran, flowchart dan storyboard.

 6.  Mengevaluasi dan merevisi
Ada beberapa hal yang akan dievaluasi dan direvisi, diantaranya adalah hasil belajar dengan penilaian autentik dan portofolio, kemudian mengevaluasi strategi, terknologi dan media yang dipilih serta evaluasi pembelajar.

Pertama evaluasi hasil belajar dengan autentik, yaitu mengharuskan pebelajar untuk menggunakan proses yang sesuai dengan konten dengan bagaimana konten tersebut digunakan dalam dunia nyata. Dalam mata kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer, akan dievaluasi bagaimana kemampuan pebelajar untuk merancang pembelajaran berbasis komputer menggunakan empat model pembelajaran yang telah dikenalkan. Penilaian autentik ini akan didukung dengan portofolio yang dimiliki pebelajara selama melakukan proses pembelajaran, baik itu tugas kelompok, tugas pribadi dan rancangan desain pembelajaran berbasis komputer. Portofolio yang dibuat pebelajar menggambarkan pencapaian pebelajar terkait dengan analisis, sintesis dan evaluasi. Karena ini blended learning, juga ada portofolio eletronik dan portofolio tradisional. Portofolio elektronik diserahkan dalam bentuk CD yang diburning dan portofolio tradisional dalam bentuk printout.

Kedua mengevaluasi strategi, teknologi dan media akan dilakukan dengan melakukan survei dan observasi. Survei dilakukan dengan cara membagikan daftar pertanyaan berupa pendapat pebelajar terhadap strategi, teknologi dan media yang digunakan. Sedangkan observasi digunakan untuk melihat secara langsung umpan balik pebelajar dari strategi, teknologi dan media yang digunakan.

Ketiga evaluasi pembelajar dilakukan dengan empat cara, yaitu melalui diri sendiri, pebelajar, rekan dan administrator. Dengan diri sendiri dilakukan dengan membuat rekaman audio atau video berisi kegiatan pembelajaran. Dari audio dan video yang diperoleh, pembelajar dapat mempelajari seluruh kegiatan dan memperbaiki diri.

Pebelajar juga dapat dimintai untuk melakukan penilaian dengan memberikan saran-saran dan masukan. Begitu juga dengan rekan sejawat, rekan dapat melakukan pemantauan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan mintai saran untuk melakukan perbaikan. Dan dengan bantuan adminstrator juga bisa dilakukan, yaitu dengan cara administrator mengunjungi kelas dan memberikan masukan pada pembelajar yang telah melakukan kegiatan pembelajaran.


BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Nama Sekolah           : SMP NEGERI 4 SUNGAI PENUH
Mata Pelajaran          : B K
Kelas / Semester        : VII / 1
Tahun pelajaran         : 2011/2012

Standar Kompetensi

Mencapai Perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Kompetensi Dasar:
1.    Memahami secara lebih luas dan mendalam kaidah-kaidah ajaran yang dianutnya,
2.     Meyakini dan menjalankan kaidah-kaidah ajaran agama yang dianutnya
Bidang Bimbingan           : Pribadi
Jenis Layanan                   : Informasi
Alokasi waktu                  : 2 x pertemuan

A. Tujuan Layanan :
Pertemuan 1
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
Pertemuan 2
Melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
·      Karakter siswa yang diharapkan : -  Patuh/taat
-  Disiplin                                   
-  Tanggungjawab          
-  Berbudi pekerti
B. Materi Pembelajaran
1. Kewajiban warga Negara untuk beragama
2. Makna Taqwa

C. Metode pembelajaran

1. Diskusi
2. Tanya jawab
D. Strategi Pelayanan :
Pertemuan 1

1. Pendahuluan :
a. Apersepsi : - Tulislah mengapa setiap warga Negara wajib beragama.
b. Motivasi   : Tiap peserta didik disuruh bertukar jawaban dengan temannya tentang soal di atas,
c. Guru menginformasikan tujuan layanan
2. Kegiatan Inti :
Ø  Eksplorasi
Dalam kegiatan ekplorasi, guru :
a. Melibatkan seluruh siswa untuk memberi komentar atas jawaban siswa
b. Memberikan beberapa referensi sebagai bahan kajian
c. Mengakomodir seluruh hasil pikiran peserta didik

·           Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
a. Memberikan apresiasi terhadap seluruh pendapat siswa
b. Guru memberikan penguatan tentang materi di atas
c. Memberikan kesempatan berfikir terhadap siswa tanpa ada perasaan takut

·         Konfirmasi
Dalam kegiatan Konfirmasi, guru :
a. Bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
b. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan penutup :
Dalam kegiatan penutup, guru :
a. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
b. Membuat penilaian
c. Refleksi : peserta didik mengungkapkan kesan tentang materi layanan
d. Menginformasikan kepada siswa tentang materi pada pertemuan berikutnya

Pertemuan 2
1. Pendahuluan :
a. Apersepsi : - Jelaskan pengertian dari Taqwa !
b. Motivasi : Tiap peserta didik mengungkapkan pendapatnya tentang taqwa
c. Guru menginformasikan tujuan layanan pada pertemuan ini

2. Kegiatan Inti :
Ø  Eksplorasi
Dalam kegiatan ekplorasi, guru :
a. Melibatkan seluruh siswa untuk memberi komentar atas jawaban masing-masing siswa
b. Memberikan beberapa referensi jawaban sebagai bahan kajian
c. Mengakomodir seluruh hasil pikiran peserta didik

Ø  Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru :
a. Memberikan apresiasi terhadap seluruh pendapat siswa
b. Guru memberikan penguatan tentang materi di atas
c. Memberikan kesempatan berfikir tanpa ada rasa takut

Ø  Konfirmasi
Dalam kegiatan Konfirmasi, guru :
a. Bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
b. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan penutup :
Dalam kegiatan penutup, guru :
a. Guru bersam siswa menyimpulkan pelajaran
b. Membuat penilaian
c. Refleksi : peserta didik mengungkapkan kesan terhadap pentingnya warga Negara beragama
d. Menginformasikan kepada siswa tentang materi pada pertemuan berikutnya

E. Sumber dan Media Layanan
1. Modul materi layanan Klasikal
2. Buku fiqh “ Sulaiman Rasyid “

F. Penilaian
a. Unsur yang dimiliki :  1. Pemahaman materi
2. Perasaan yang dialami setelah pelayanan selesai
3. Rencana memahami dan mengembangkan isi materi
b. Tehnik Penilaian : 1. Hasil jawaban siswa
 2. Pengamatan ( Observasi )
 3. Tugas modul BK
 4. Laiseg

G. Tindak Lanjut :
1. Mengembangkan diri pada kegiatan yang dapat membantu memahami isi materi pada modul BK
2. Diadakan Konseling bagi siswa yang belum mampu memahami isi materi

H. Catatan Khusus :
Hal-hal yang penting terjadi selama proses kegiatan berlangsung menjadi perhatiankegiatan berikutnya
                                               
                                                                                                                                                Sungai Penuh,     Mei 2012
Kepala Sekolah                                                                       Guru Mata Pelajaran  




I F R I A L, S.Pd                                                                   AISAHARDIANTI, S.Pd
NIP.196012081984031003                                                          NIP.198710102010012017    


 DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: ALFABETA
Prayitno. 2009. Pendidikan: Dasar Teori dan Praktis Jilid I. Padang: UNP Press
Prayitno. 2009. Pendidikan: Dasar Teori dan Praktis Jilid II. Padang: UNP Press
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Rusma. 2011. Model-model Pembelajaran; Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Rajawali Press
Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional Technology And Media For Learning Ninth edition. New Jersey Columbus, Ohio: PEARSON Merrill Prentice Hall
Snelbecker E. Glen. (1974). Learning Theory Instructional Theory. USA: McGraw-Hill, inc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar